Ngga terasa udah 2 hari UN berlalu (PBT), perasaan gelisah belum juga hilang setelah peperangan kemarin. Khawatir soal nilai dan PTN yang menjadi tujuan selalu datang setiap waktu. Memang UN tahun ini ngga dipake sebagai standar kelulusan, bagi siswa yang hanya sekolah-sekolahan mungkin kebijakan ini sangat menyenangkan. Tapi semua ini tidak berlaku bagi siswa yang ingin naik ke jenjang perguruan tinggi. Mereka bersusah payah menguras pikiran dan tenaga agar hasil yang didapatkan saat berperang memuaskan.
Berbagai cara dilakukan, bagi siswa yang percaya diri dan jujur pastinya mereka akan belajar sungguh-sungguh, entah hasil akhirnya bagaimana mereka tetap bersyukur karena telah melewatinya dengan sportif. Beda lagi dengan siswa yang kurang yakin dengan kemampuannya, sebelum ujian mereka akan sibuk mencari info tentang oknum yang menjual senjata ilegal.
Saya sangat kaget dengan beredarnya senjata ilegal yang bisa didapatkan dengan sangat mudah, hanya bermodalkan uang yang tidak banyak siswa bisa mendapatkan senjata yang diinginkannya. Saya baru tahu fenomena seperti ini sudah biasa di Indonesia. Anehnya hal ini sudah diketahui banyak orang mulai dari masyarakat umum, guru, polisi, Kementerian pendidikan, sampai presiden pun tau akan fenomena ini.
UN yang harusnya menjadi sarana pembuktian tidak bisa lagi disebut begitu. Saya sadar, bahwa saya bukan orang yang cerdas, saat mengerjakan ujian kemarin pun saya masih merasa kesusahan saat menjawabnya, tp saya percaya "Tidak ada penyesalan dari kejujuran", biarlah mereka melakukan apa yang menurut mereka benar. Perguruan tinggi yang harusnya diisi orang-rang yang yang memiliki kemampuan nantinya akan sepi dari prestasi. Jika begini terus, saya lebih suka jika UN dihapus, proses belajar di kelas lebih tepat di jadikan pertimbangan untuk masuk ke jenjang yang lebih tinggi.
Ini saya ambil dari gurp Fb :
Belum ada tanggapan untuk "Curhat UN 2016"
Posting Komentar